Pejabat Negara yang Memukau Karena Kecerdasan (dan Ketampanannya!)

They said smart is the new sexy, mungkin itulah salah satu alasan kenapa pria yang dengan kecerdasan intelektual yang tinggi terlihat lebih memesona. Aura para pria smart ini mampu menghipnotis banyak wanita. Dalam artikel ini, redaksi Banananina menghadirkan sosok pejabat negara, baik yang masih menjabat maupun yang sudah selesai masa dinasnya, yang mendapatkan sorotan dari publik bukan hanya karena kebijakannya tapi juga karena kharisma yang mereka miliki.

Tak hanya ahli dalam bidang yang ia kerjakan, para pria yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan ini juga pandai bernegosiasi dengan business partner mereka, baik partner di dalam maupun di luar negeri. Hal inilah yang membuat mereka mendapatkan prestasi di berbagai bidang yang mereka geluti. Berikut 5 pejabat yang sempat menjadi idola para wanita sekaligus perjalanan karir mereka yang bisa menjadi inspirasi.

Marty Natalegawa

marty-natalegawa

Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Marty Natalegawa, pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II di era pemerintahan Presiden SBY. Sebelum mencapai posisi ini, beliau bekerja di Kementrian Luar Negeri dan pernah mewakili Indonesia pada beberapa badan dunia.

Marty Natalegawa mengawali kariernya di Kementrian Luar Negeri pada tahun 1986 sebagai Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri sampai tahun 1990. Di tahun 2000 kariernya semakin menanjak, beliau ditunjuk sebagai juru bicara Departemen Luar Negeri untuk periode 2002 – 2005. Di periode selanjutnya (2005 – 2007), Marty dilantik sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia. Kemudian, pada tahun 2007 – 2009, Marty menjabat sebagai Duta Besar RI untuk PBB. Pada bulan November 2009, belaiu pun berhasil berkiprah di dunia internasional karena terpilih menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.

Kemampuan dan keahliannya, mengantarkan beliau hingga bisa berkiprah di dunia internasional sebagai kepala delegasi negara untuk sejumlah konferensi internasional, internalisasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerakan Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan ASEAN. Beliau juga pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan dialog trilateral di Timor Timur serta Direktur Jenderal untuk kerjasama ASEAN (2003 – 2005). Beliau juga pernah terpilih sebagai anggota panel tingkat tinggi PBB pada Respons Global Terhadap Krisis Kesehatan tahun 2005.

Setelah tidak menjadi sebagai Menteri Luar Negeri, ternyata beliau dipercaya untuk menjadi Direktur Independen di perusahaan internasional di bidang otomotif, Jardine Cycle and Carriage Limited (JC&C) yang berlokasi di Singapura.

Kesuksesan Marty tidak terlepas dari dukungan penuh keluarganya. Beliau telah mengenal dunia internasional sejak berusia 9 tahun saat ayahnya yang bekerja di Bank Indonesia ditugaskan di Jepang. Setelah lulus dari SD Kris Jakarta, Marty melanjutkan sekolahnya di Singapore International School. Namun tidak lama kemudian, ia pindah ke Ellesmere College dan Concord College, Inggris. Marty tinggal cukup lama di Inggris dari SMP hingga ia mendapatkan gelar master. Beliau meraih gelar BSc, Honours, di bidang hubungan internasional dari London School of Economics and Political Science, University of London di tahun 1984 dan Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.

Marty Natalegawa sangat mencintai dunia yang ia geluti, ia terus mengejar pendidikannya di Hubungan Internasional sambil tetap bekerja untuk negara. Pada tahun 1993, beliau meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia. Karena prestasinya di dunia internasional, pada Juli 2013, Universitas Macquarie, Sydney menganugerahinya dengan gelar Doktor Honoris Causa di bidang hubungan internasional bersama dengan Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr.

Julian Aldrin Pasha

julian-aldrin-pasha

Julian Aldrin Pasha mulai dikenal setelah menjadi Juru Bicara Kepresidenan RI di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kabinet Indonesia Bersatu II. Sebelum menjadi Juru Bicara Kepresidenan RI, beliau pernah menjadi Asisten Ahli FISIP Universitas Indonesia, Ketua Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia, Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia dan Komisaris PT Petrokimia Gresik.

Pemahamannya di bidang politik, ternyata dilatarbelakangi oleh pendidikannya dari jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Setelah itu beliau melanjutkan studinya masih di bidang politik di Universitas Hosei, Tokyo, Jepang dan mendapatkan gelar Master (MA) dan Doctor (PhD).

Kini saat tak lagi menjabat sebagai Jubir Kepresidenan, beliau kembali menjadi dosen FISIP UI yang mengajar program S1 sampai S3. Passion beliau di dunia pendidikan dan politik dituangkannya melalui forum diskusi di kelas dan sesekali di televisi. Sebagai orang yang pernah menjadi Juru Bicara Presiden, Julian berkomitmen untuk tidak terlalu memberikan banyak komentar tentang politik maupun pemerintahan saat ini. Ia ingin menjaga netralitasnya sebagai pengajar dan tidak ingin opini pribadinya dikaitkan dengan mantan jabatannya.

Profesinya di pemerintahan saat itu bukanlah posisi yang mudah. Julian merupakan seseorang yang menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari media yang ditujukan kepada presiden. Pernyataan yang keluar dari bibirnya merupakan representasi dari istana sehingga ia harus menjaga tutur kata dan juga harus menguasai tak hanya materi yang ditanyakan tapi materi secara umum.

Gita Wirjawan

gita-wirjawan

Dikenal sebagai Menteri Perdagangan Indonesia yang ke-31, mulanya Gita Wirjawan pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di tahun 2009. Setelah itu, barulah beliau menjadi Menteri Perdagangan di tahun 2011. Selama menjadi Menteri Perdagangan, beliau pernah menjadi Ketua Sidang dalam World Trade Organization Ministerial Conference of 2013.

Sebelum berkiprah di bidang pemerintahan, beliau memulai kariernya sebagai auditor di firma Morrison Brown & Argiz di Miami, Florida pada tahun 1989. Di tahun 1992, beliau bergabung di Citibank di departemen Consumer Banking dan pernah menjadi Wakil Presiden 1997. Mulai dari bulan Juli 1997 hingga Mei 1999, beliau menjabat sebagai Direktur Corporate Finance di Bahana Securities.

Selanjutnya, beliau bergabung dengan Goldman Sachs, Singapura di tahun 2000 sebagai Wakil Presiden di divisi Investment Banking. Kemudian beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Senior, International Business Development dari tahun 2003 hingga 2004 di Singapore Technologies Telemedia. Masuk ke tahun 2004 hingga 2008 beliau menjabat sebagai Pejabat Perwakilan Senior dan Presiden Direktur di JP Morgan Indonesia. Di tahun 2008, beliau meninggalkan JP Morgan dan mendirikan Ancora Group yang fokus pada penanaman modal di Indonesia. Lalu beliau meninggalkan Ancora Group di tahun 2009 dan merintis karier di pemerintahan hingga 2014. Kemudian, di tahun 2014 Gita Wirjawan mengundurkan diri sebagai Menteri Perdagangan untuk mengikuti Konvensi Partai Demokrat sebagai Calon Presiden. Setelah itu, beliau kembali lagi ke Ancora Group.

Berbicara tentang pendidikan, Gita Wirjawan pernah menempuh pendidikan di SD Budi Waluyo dan SMP Pangudi Luhur Jakarta. Kemudian beliau pernah tinggal di Bangladesh dan India ketika ayahnya bertugas sebagai pejabat WHO di Bangladest. Di tahun 1988, beliau memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Administrasi Niaga dari University of Texas, Austin dan di tahun 1989 beliau mendapatkan gelar Magister dalam bidang Administrasi Publik dari John F. Kennedy School of Government, dan Harvard University sebagai Mason Fellow, di tahun 2000. Tak hanya itu, belaiu juga meraih Certified Public Accountant dari Negara Bagian Texas, Amerika Serikat, dan sebagai Chartered Financial Analyst.

Tidak banyak pejabat pemerintahan yang datang dari kalangan profesional, namun Gita membuktikan bahwa seorang investment professional yang memiliki passion di bidang yang ia geluti juga mampu untuk memegang jabatan strategis di pemerintahan dan berkontribusi positif bagi negara.

Thomas Lembong

Thomas Trikasih Lembong atau yang dikenal dengan nama Tom Lembong adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sejak tahun 2016. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Menteri Perdagangan Republik Indonesia di era pemerintahan Jokowi, menggantikan Rahmat Gobel pada tahun 2015.

Beliau merupakan pendiri dari private equity fund, Quvat Management (Quvat) yang berdiri di 2006. Salah satu investasi Quvat yang cukup populer adalah bioskop Blitz. Beliau juga pernah menjabat sebagai CEO dan anggota Investment Committee. Pengalaman kerjanya sebelum mendirikan Quvat adalah seorang pekerja di Farindo Investments, Senior Vice President and Division Head Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selama 2 tahun, Deutsche Bank dan Morgan Stanley.

Prestasi Tom Lembong di dunia investasi juga cukup banyak, salah satunya saat ia berhasil menggalang dana investor luar negri yang ia mulai sejak 2002 lalu menginvestasikan dana tersebut ke beberapa perusahaan yang tediri dari berbagai sektor di Indonesia. Saat bekerja di Farindo Investment, beliau memimpin tim investasi perusahaan tersebut untuk mengakuisisi 51’% saham Bank BCA senilai 571 dollar AS.

Perjalanan karier Tom yang begitu mengaggumkan dilatarbelakangi oleh pendidikan yang baik. Sejak berusia 3 hingga 10 tahun, beliau mengenyam pendidikan di Jerman saat ayahnya juga menyelesaikan studi disana. Sekembalinya dari Jerman, beliau meneruskan sekolah di Regina Pacis Jakarta. Lalu pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat saat SMA. Setelah itu, beliau kuliah di Universitas Harvard dan memperoleh gelar Bachelor of Art di bidang Arsitektur dan Tata Kota.

Walaupun menjalani pekerjaan di luar bidang pendidikan formalnya, Tom Lembong mampu membuktikan bahwa keahlian dan profesionalisme seseorang bisa berjalan sesuai minat dan bakatnya. Hingga pada tahun 2008, profesionalitasnya diapresiasi oleh publik, dengan ditetapkannya sebagai Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum di Davos.

Muhammad Lufti

Mungkin Muhammad Lutfi tidak terlalu dikenal oleh publik seperti pejabat lainnya, namun beliau merupakan seorang pengusaha sekaligus pejabat negara yang cukup disegani. Karir beliau di pemerintahan cukup variatif, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal pada tahun 2009, setelah itu beliau ditugaskan sebagai duta besar Indonesia untuk Jepang. Jabatan terakhirnya di pemerintahan adalah Menteri Perdagangan Indonesia yang ke-32 pada tahun 2014 saat masa terakhir kepemimpinan Presiden SBY.

Dunia internasional memberikan apresiasi pada profesionalismenya dengan memilih beliau sebagai pemimpin muda yang berpengaruh oleh the World Economic Forum’s Young Global Leaders pada tahun 2008. Ia juga berpengaruh sebagai salah seorang pendiri Masyarakat Ekonomi Syariah.

Muhammad Lutfi mengenyam pendidikan di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat. Setelah itu, ia berprofesi sebagai pengusaha, dan mengembangkan bisnisnya bersama Erick Thohir, Wishnu Wardhana serta Harry Zulnardy. Ia juga mendirikan Mahaka Group, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, keuangan dan media, dan menjabat sebagai Presiden Direktur.

Saat berusia 29 tahun, beliau pernah menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda untuk Jakarta Raya (HIPMI JAYA) di tahun 1998-2001 dan menjadi ketua Nasional HIPMI periode tahun 2001-2004. Dengan luasnya relasi dan kemampuan beliau bernegosiasi, Muhammad Lutfi menjadi salah satu profesional yang berhasil mendapatkan jabatan strategis di pemerintahan.

Send a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *