Kota Lasem, Kota Bersejarah Di Jawa yang Penuh Kenangan

Lasem adalah kota bersejarah di Jawa Tengah yang dikenal sebagai saksi peradaban sejak jutaan tahun lalu.  Lokasinya yang berada di Kabupaten Rembang membuatnya relatif jauh dari kota besar sehingga keberadaannya sedikit terlupakan.

Di masa lampau, Lasem merupakan tempat pendaratan pertama orang Tionghoa di tanah Jawa sehingga kota ini mendapat julukan Tiongkok Kecil. Hingga saat ini masih banyak perkampungan Tionghoa Peranakan yang tersebar di berbagai penjuru Lasem. Film Ca Bau Kan yang rilis pada tahun 2002 lalu, yang mengangkat budaya Tionghoa Peranakan pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, mengambil lokasi syuting di Lasem yang masih memiliki banyak situs bersejarah keberadaan warga asli Tionghoa.

Lasem memiliki potensi wisata sejarah yang sangat kaya.  Keunikan kota ini adalah percampuran beberapa budaya seperti budaya Tionghoa dan budaya Islam yang penyebarannya juga melalui daerah pesisir utara Jawa. Ada 6 tempat yang wajib kamu kunjungi jika menyempatkan diri berpelesir ke kota kecil ini.

Kelenteng Cu An Kiong

kota lasem di jawa

Klenteng ini memiliki keunikan pada bahan bangunannya yang menggunakan kayu jati. Walaupun sudah dibangun sejak beberapa abad lalu, kayu jati yang digunakan untuk menyangga bangunan ini masih kokoh berdiri.

Pengunjung akan disambut dengan ornamen naga begitu tiba di halaman klenteng. Di salah satu pintunya, terdapat gambar dua tokoh Tionghoa-Lasem yang mengajarkan batik pada penduduk, yaitu Bi Nang Un dan Na Li Ni. Terdapat juga altar khusus Raden Panji Margono, tokoh masyarakat muslim dari suku Jawa yang merupakan pahlawan dalam Perang Kuning.

Kelenteng yang berusia ratusan tahun ini menjadi saksi sejarah masuknya orang Tionghoa ke Tanah Jawa.  Sayangnya, saat masa penjajahan Belanda, terjadi penjarahan besar-besaran, yang menyebabkan banyak catatan bersejarah hilang sehingga tidak diketahui secara persis siapa yang membangun dan kapan tepatnya klenteng ini berdiri. Namun warga meyakini bahwa pendiri Klenteng ini adalah masyarakat pertama Tionghoa yang menginjakkan kaki di Lasem dan mendirikan Klenteng ini untuk penghormatan kepada Dewi Samudra. Kelenteng inilah saksi berbaurnya orang Tionghoa dengan penduduk pribumi di Jawa.

Omah Lawang Ombo

omah-lawang-ombo

Ada banyak sekali bangunan peninggalan Tionghoa di Lasem.  Salah satunya adalah Lawang Ombo.  Rumah ini merupakan saksi sejarah perdagangan dan peredaran opium di Jawa, di kalangan Tionghoa kala itu.

Rumah ini berjarak 100 meter dari Sungai Babagan.  Di salah satu sudut ruangan terdapat sumur berdiameter 70 sentimeter dan masih memiliki genangan air.  Siapa sangka, sumur ini adalah jalur utama penyelundupan opium.

Rumah ini dulunya dibangun oleh kakak beradik bernama Tong Kay dan Tong Day. Diperkirakan, Lawang Ombo dibangun tahun 1700-an. Merekalah pendiri gudang candu yang diselundupkan lewat sungai. Praktek ini entah kenapa selalu aman-aman saja. Belanda, sebagai penguasa Lasem dan mengawasi peredaran opium, diduga memanfaatkan hal ini sebagai upaya mengadu domba antara pribumi dan Cina.

Masjid Jami’ Lasem

kota lasem di jawa

Interior masjid ini luar biasa, dipenuhi dengan kaligrafi dan ukiran khas Pantura timur Jawa. Terdapat makam waliullah di sini, seperti Mbah Sambu, penyebar agama Islam pada zaman Majapahit, Adipati Tejakusuma I, dan KH Ma’shum, ulama besar Lasem.  Ya, penyebaran agama Islam yang sangat pesat kala itu membuat Lasem dikenal juga sebagai kota santri.  Di kota ini juga terdapat banyak pondok pesantren.

Kampung Batik Karangturi

kota lasem di jawa

Lasem dikenal juga sebagai kota batik.  Batik Tulis Laseman sangat terkenal, dengan ciri khasnya yaitu egalitarian, di mana batik ini lebih terbuka dan umum digunakan di segala kalangan dan lapisan masyarakat, serta pewarnaan berani ala batik pesisir. Batik Lasem disebut sebagai salah satu varian klasik atau pakem dengan pola dan corak dipengaruhi perpaduan gaya Jawa, Cina dan Campa yang dibawa pasukan Laksamana Cheng Ho, Arab, dan Belanda.  Wujud nyatanya adalah batik motif Tiga Negeri dan Empat Negeri. Batik ini juga dikenal dengan nama kendoro kendiri dan pesisiran Laseman.

Tradisi membatik masih diteruskan di Kampung Batik Karangturi.  Hampir semua penduduknya adalah pengrajin batik.  Jika sempat bertandang, kamu bisa mendatangi rumah batik Bu Sutera.  Ciri khas batiknya yang masih asli dan menjaga tradisi membuat batik buatannya sangat istimewa.  Tenang saja, harganya terjangkau!

Pantai Caruban

pantai-caruban

Pantai ini terletak tidak jauh dari Terminal Lasem.  Pengunjung bisa ke sana dengan delman atau ojek menyusuri jalan sempit antara tambak garam dan bandeng.  Dahulu, pantai ini adalah saksi dari kejayaan Kerajaan Majapahit, yang merupakan lokasi pangkalan armada maritim kala itu.

Pasir putihnya sedikit kecoklatan. Ombaknya cukup tenang, memungkinkan untuk dipakai mandi di laut atau bermain pasir pantai.  Terdapat beberapa warung makan dan minuman untuk menyantap makanan khas Lasem.

Warung Kopi

kota lasem di jawa

Kopi sudah menjadi bagian dari keseharian warga Lasem, sehingga dari pagi sampai malam, kedai kopi di kota ini tidak pernah sepi pengunjung. Kopi lelet merupakan penyajian kopi khas Lasem. Penyajiannya berbeda karena kopi dan gula dituangkan langsung ke dalam panci. Saat mendidih, barulah disajikan.  Tumbukan kopinya sangat halus, mencapai 10 kali proses penggilingan. Ini membuat kopi khas Lasem sangat ringan saat diteguk. Kunjungilah salah satu warung kopi yang tersebar di sepanjang jalan antara Lasem dan Rembang untuk menikmati kopi ini.

Send a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *