Dilema Ibu Rumah Tangga dan Ibu Bekerja

Menjadi seorang ibu adalah suatu peran yang sangat mulia. Seorang ibu memiliki tanggung jawab besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam mengelola rumah tangganya. Selain itu, banyak pula ibu yang memiliki peran di dunia pekerjaan dengan segala kewajibannya.

Ada banyak alasan seorang ibu meninggalkan rumahnya untuk bekerja, mulai dari tuntutan perekonomian hingga pilihan pribadi. Kedua domain tersebut, rumah tangga dan pekerjaan, telah memancing perdebatan dan dilema mengenai hakikat dan peran utama seorang ibu. Haruskah ibu rumah tangga tinggal di rumah untuk mengurus keluarga atau bisakah seorang ibu bekerja secara penuh?

Pada awalnya, ibu bekerja cukup mendapatkan stigma negatif dari sesama ibu ataupun orang lain pada umumnya. Ibu yang bekerja dianggap melalaikan tanggung jawab di rumah demi karirnya. Akan tetapi, di zaman modern ini, stigma tersebut sudah hampir tidak ada, dan seorang ibu sudah jauh lebih bebas memilih untuk tinggal di rumah atau bekerja.

Meski demikian, masih banyak ibu yang menghadapi dilema dalam menentukan pilihannya. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan sebelum menyikapi dilema ibu rumah tangga dan ibu bekerja ini, yuk simak satu per satu!

Kondisi Keluarga

dilema ibu rumah tangga dan ibu bekerja

Apakah ada anggota keluarga yang sedang butuh perhatian khusus, seperti bayi, anak-anak, atau mungkin anggota keluarga yang sakit? Apakah ada cara untuk tetap memperhatikan mereka meski sambil bekerja? Atau, bisakah ada alternatif lain yang menguntungkan kedua belah pihak? Misalnya, seorang ibu bekerja bisa saja menitipkan anak balitanya ke daycare, setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dalam menitipkan anak. Contohnya, menitipkan anak di daycare memiliki sisi negatif seperti kurangnya interaksi langsung dengan orangtua namun sisi positifnya pun banyak, yaitu anak dapat bermain bersama teman-teman sebayanya dan ditemani oleh para profesional yang mengerti tentang psikologis anak. Intinya, jika kamu bisa menemukan alternatif dalam menangani kondisi keluarga, maka kamu bisa mempertimbangkan untuk memasuki dunia kerja meski memiliki peran sebagai ibu.

Dinamika dengan Pasangan

dilema ibu bekerja

Ingatlah bahwa dalam mengelola rumah tangga, seorang ibu tidak harus hanya sibuk sendiri. Ibu rumah tangga selalu bisa berbagi dan berdiskusi dengan pasangannya, termasuk menyampaikan dilemanya dalam menentukan pilihan bekerja atau tidak bekerja. Jika suami mendukung dan bersedia berbagi pekerjaan rumah tangga agar bisa sama-sama bekerja, maka akan lebih mudah bagi ibu untuk memutuskan bekerja. Komunikasikanlah isu ini dengan baik-baik, pastikan kamu menjelaskan dengan baik alasanmu ingin bekerja tanpa menyinggung suami. Mintalah pendapat pasangan dan diskusikan berbagai kemungkinan bersama dengan terbuka untuk menyelesaikan dilema ibu rumah tangga dan ibu bekerja.

Jenis Pekerjaan

ibu bekerja

Sebelum memutuskan untuk menjadi ibu bekerja, ada baiknya mengenal terlebih dahulu jenis dan beban pekerjaan yang harus dihadapi. Apakah pekerjaan tersebut akan menuntut banyak waktu lembur atau ketersediaan selama 24 jam? Jika ya, pikirkan apakah kondisi bekerja demikian memungkinkan bagimu, dengan menimbang kondisi keluarga dan tanggung jawab di rumah? Selain itu, pertimbangkan juga apakah jenjang karir dan kompensasi yang ditawarkan cukup sepadan dengan pengorbanan yang harus dilakukan.

Refleksi Diri

ibu bekerja

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor eksternal, keputusan tetap terletak di tanganmu sendiri sebagai orang yang akan menjalani semuanya. Refleksikan kedua pilihan tersebut dengan berbagai dampaknya bagi dirimu sendiri. Pikirkanlah, seberapa pentingkah karir ini bagimu? Apakah ini adalah sesuatu yang telah kamu impikan sejak dulu, apakah karir tersebut adalah bagian yang penting dari jati dirimu? Pikirkan kompromi apa saja yang harus kamu buat untuk mendukung apapun keputusanmu. Jika kamu memutuskan untuk bekerja, persiapkanlah mental dan fisik sebaik-baiknya. Banyak ibu bekerja yang menjalani hari-harinya dengan merasa bersalah terhadap anak atau keluarganya. Saat mengambil keputusan, pastikan keputusan tersebut sudah matang dan mantap, agar tidak menjadi beban pikiran bagi diri sendiri.

Sumber Gambar

Send a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *